Kata siapa dengan menghafal bisa awet muda?
Berdasarkan study kasus, polling acak-acakan dan mengambil dalil dari kitab "Fathul Jare", dengan menghafalkan sesuatu bisa membuat awet muda lho.
Beneran atau guyonan nih?
Bagi yang membaca tulisan ini dengan serius tentu akan mengeluarkan pendapat masing-masing.
Ada yang percaya dan langsung praktek hafalan tiap hari kemudian hidupnya semakin muda dan ada juga yang percaya dan langsung praktek hafalan tiap hari namun merasa semakin hari tidiak bertambah muda dan justru semakin menjadi tua.
Namun, bagi yang membaca tulisan ini dengan santai pasti langsung percaya dan tidak mengamalkannya, karena orang yang santai kadang malas menghafal sih.
Berarti hafalan untuk orang yang serius atau untuk orang yang santai-santai?
Baik orang tersebut serius membaca tulisan ini maupun santai dalam membaca tulisan ini, alangkah baiknya tetap menjaga dan melakukan hafalan tentang hal-hal yang penting ya..
Hafalan sebenarnya bisa dilakukan secara serius, dan secara santai. Maksudnya serius dalam pendirian dan keyakinan akan kemudahan dalam menghafal, dan santai dalam menjalankan rutinitas hafalan sehingga kegiatan menghafal adalah kegiatan yang menyenangkan.
Sebenernya maksud judul dan tulisan ini untuk apa?
Maksud dan tujuan menulis yang pertama adalah mengamankan aset pemikiran yang belum sempat dihafalkan. Kemudian maksud selanjutnya adalah mengisi waktu luang di sela-sela kegiatan mnghafal dan menjalankan pekerjaan sehari-hari.
Wah, ternyata tulisan ini gak bermanfaat ya?
Kalau pembaca mengikuti tulisan-tulisan di blog ini pasti sudah paham bahwa semua yang saya tulis sangat bermanfaat bagi yang membutuhkan (kalau yang gak butuh ya gak bermanfaat lah).
Sekian obrolan hari ini, semoga bermanfaat bagi yang membutuhkan dan bagi yang tidak membutuhkan bisa tertawa ngakak baca tulisan ini.
Salam hafalan, salam baca qur'an, salam-salaman... Hahaha...
Pada lafadz WADDHUHA, kenapa imam warosy membacanya harus imalah sughro ( WADDUHE) alasanya apa? Dalam ilmu qiraat, ada istilah yang dikenal dengan namanya Imalah. Secara bahasa imalah berasal dari kata أمال – يميل – إمالة الرمح yang berarti memiringkan atau membengkokkan (tombak). Sedangkan secara istilah imalah berarti memiringkan fathah ke arah kasrah atau memiringkan alif ke arah ya’. Imalah dibagi menjadi dua yaitu imalah Kubra (imalah asli) dan imalah sughra ( banyak dijumpai dalam kitab-kitab qiraat dengan nama imalah baina-baina, taqlil, atau imalah baina al-lafdhain). Imalah banyak ditemui pada bacaan Imam Hamzah dan al-Kisa’i, yaitu di antaranya pada Dzawat al Ya’ (kata yang terdapat alif layyinah), seperti الضحى، قلى، سجى، هدى dan dari qiraat Imam Ibn ‘Amir melalui riwayat Ibn Dzakwan pada lafazh جاء. Selain itu juga merupakan pilihan dari qiraat nafi melalui rawinya yang bernama Warasy, hanya saja jenis imalahnya sering dikenal sebagai taqlil atau Imalah ...