Skip to main content

Sab'aty : Imalah Pada Surat Ad Dhuha


Pada lafadz WADDHUHA, kenapa imam warosy membacanya harus imalah sughro ( WADDUHE) alasanya apa?
Dalam ilmu qiraat, ada istilah yang dikenal dengan namanya Imalah.
Secara bahasa imalah berasal dari kata أمال – يميل – إمالة الرمح yang berarti memiringkan atau membengkokkan (tombak).
Sedangkan secara istilah imalah berarti memiringkan fathah ke arah kasrah atau memiringkan alif ke arah ya’. Imalah dibagi menjadi dua yaitu imalah Kubra (imalah asli) dan imalah sughra ( banyak dijumpai dalam kitab-kitab qiraat dengan nama imalah baina-baina, taqlil, atau imalah baina al-lafdhain).
Imalah banyak ditemui pada bacaan Imam Hamzah dan al-Kisa’i, yaitu di antaranya pada Dzawat al Ya’ (kata yang terdapat alif layyinah), seperti الضحى، قلى، سجى، هدى dan dari qiraat Imam Ibn ‘Amir melalui riwayat Ibn Dzakwan pada lafazh جاء. 
Selain itu juga merupakan pilihan dari qiraat nafi melalui rawinya yang bernama Warasy, hanya saja jenis imalahnya sering dikenal sebagai taqlil atau Imalah baina baina pada Dzawat al Ya’, demikian juga Imam Abu ‘Amr al Bashriy pada setiap lafazh yang berwazan فَعلى، فِعلى، فُعلى , dengan imalah taqlil, yaitu lebih mendekati fathah seperti bunyi re pada kata “mereka”. 
Bacaan imalah diakui termasuk salah satu dialek bahasa Arab standar (fasih) untuk penduduk Najed dari suku Tamim, Qais dan Asad. 
Namun khusus riwayat Imam Hafsh hanya terdapat 1 tempat yang termasuk bacaan imalah. yaitu pada kata مجراها di surat Hud ayat 41, dengan bacaan imalah kubra.
Bacaan imalah ini bermanfaat untuk memudahkan pengucapan huruf, karena lidah itu akan terangkat bila membaca fathah dan turun bila membaca imalah dan tentunya dengan turunnya lidah itu lebih ringan dari terangkatnya lidah. 
Juga dengan bacaan imalah huruf ya’ yang merupakan asal dari alif layyinah tersebut akan tetap tampak ketika dibaca. Wallahu a’lam…bersambung.

Popular posts from this blog

Sab'aty : Makna Naql Dalam Qira'at

Makna Naql dalam Qiraat Naql (Memindah/Menggeser harakat), Secara bahasa naql berasal dari kata نقل – ينقل – نقلا berarti memindah; memindah/menggeser. Adapun secara istilah naql berarti memindahkan harakat hamzah ke huruf mati sebelumnya, dan setelah itu hamzahnya dibuang.  Sebagaimana yang banyak ditemui pada riwayat Imam Warsy, yakni setiap ada Al Ta’rif atau tanwin bertemu hamzah, contoh بالآخرة terbaca بلاخرة (bilaakhirati) dan عذاب أليم terbaca عذابنليم (‘adzaabunaliimun).  Dalam riwayat Hafsh bacaan naql hanya ada di satu tempat yaitu pada kata بئس الاسم (QS. al-Hujurat:11).  Alasan bacaan naql pada kata الاسم yaitu terdapatnya dua hamzah washal (hamzah yang tidak terbaca di tengah kalimat), yakni hamzah pada al ta’rif dan lafazh “ismu” (salah satu dari sepuluh kata benda yang tergolong hamzah washal), yang mengapit “lam” sehingga kedua hamzah tersebut tidak terbaca ketika disambung dengan kata sebelumnya. Istilah naql ini sebenarnya lebih tepat ...

Sab'aty : Taghlidh Al Laam (Lam Tebal) Versi Sab'aty

Taglidz Al-Laam (Lam yang dibaca tebal) versi Sab'aty Lafadzh Lam Jalalah (ALLAH), dibagi dalam 2 kategori: •Dibaca tebal/ tafhim bila lafad ALLAH-nya didahului huruf yang berharokat dhumah atau fathah •Dibaca tipis/ tarqiq bila lafad ALLAH-nya didahului huruf yang berharokat kasroh. demikian ini berlaku bagi semua imam qiraat dalam qiraat 7. namun, ada huruf Laam yang berbeda dengan 2 kategori diatas, yaitu Laam yang dibaca tebal sebagaimana bunyi tebalnya dalam lafdzul Jalalah tadi,tapi khusus dalam bacaan qiraat riwayat Warsy dari Nafi', yaitu dengan menebalkan uruf Lam yang apabila sebelumnya ada uruf Shad, Tha dan Dha ( ص , ط , ظ ) yang apabila sebelumnya ada harakat fathah atau sukun.