Skip to main content

Posts

Showing posts from August, 2016

Sab'aty : Hukum Basmalah Pada Surat At Taubah Dalam Qira'at Sab'ah

Hukum Basmalah dan hubungannya dengan Surat at Taubah (Bara’ah) Dalam Mushaf Utsmani semua surat al-Qur’an di awali dengan basmalah kecuali surat Bara’ah atau surat at-Taubah. Terkait dengan hal itu, sahabat Nabi yang bernama Ubay bin Ka’ab berkata bahwa rasulullah pernah menyuruh kami menulis basmalah di awal setiap surat, dan tidak memerintahkan kami menulisnya di awal surat Bara’ah, oleh karenanya surat tersebut digabungkan dengan surat al-Anfal dan itu lebih utama karena adanya keserupaan keduanya. Imam Ashim berkata: Basmalah tidak ditulis di awal surat Bara’ah, karena basmalah itu berarti rahmat atau kasih sayang, sedangkan Bara’ah merupakan surat adzab atau siksaan. Para ulama fiqh berbeda pendapat mengenai hukum membaca basmalah di awal surat Bara’ah ini.  Imam Ibnu Hajar dan al-Khatib mengharamkan membaca basmalah di awal surat ini dan memakruhkan membacanya di tengah surat, sedangkan Imam Ramli dan para pengikutnya memakruhkan membaca basmalah di awal su...

Sab'aty : Hukum Bacaan Basmalah Dalam Qira'at Sab'ah

Hukum membaca basmalah menurut 7 Imam Qiraat Sab'ah versi Metode Sab’aty: 1. Nafi dan Ibnu Katsir (Selain antara surat al-Anfal dan at-Taubah, maka ada dua wajah: dengan basmalah dan tanpa basmalah) 2. Abu Amr dan Ibnu Amir (Selain antara surat al-Anfal dan at-Taubah maka tidak ada basmalah) 3. Ashim dan Al-Kisa’i (Membaca basmalah diantara kedua surat kecuali antara surat al-Anfal dan at-Taubah.) 4. Hamzah (Melanjutkan kalimat terakhir di setiap surat dengan cara menyambung dengan awal surat berikutnya dengan tanpa membaca basmalah). Rujukan dalam Kitab Asy-Syaamil Fi Qiraat al-Aimmah al-Asyri al-Kawaamil, Ahmad Isa al-Mi'syarawy, Halaman 8-18

Sab'aty : Panduan Bacaan Shilah MTQ Nasional

Panduan MTQ Nasional Cabang Qiraat Sab’ah tentang makna Shilah Kaidah umum yang berkaitan dengan ha’ dhamir berbunyi bahwa apabila ada ha’ dhamir yang tidak didahului huruf mati dan didepannya juga tidak terdapat huruf mati maka harus dipanjangkan seperti له، به, dan juga untuk menguatkan huruf ha’ perlu ditambahkan huruf mad setelahnya, karena tidak ada alasan yang mengharuskan membuang huruf setelah ha’ dan huruf sebelumnya berharakat, inilah ijma para ulama qira’ah , sebaliknya apabila ha didahului huruf yang disukun maka dibaca pendek, seperti منه، إليه.  Para ulama qurra’ kecuali Ibnu Katsir, kurang senang menggabungkan dua huruf sukun yang dipisah oleh huruf lemah yaitu ha, sehingga mereka membuang huruf mad setelah ha’ dan inilah madzhab Imam Sibawaih.  Kendati demikian dalam riwayat Hafsh ditemukan ha’ dlamir yang dibaca panjang walau didahului huruf mati seperti ويخلد فيه مهانا (QS. al-Furqan:69). Dalam hal ini riwayat Hafsh sama bacaannya dengan Ibnu Kat...

Sab'aty : Bacaan Mad Dan Qashr Qira'at Sab'ah

Madd dan Qashr Dalam qiraat khususnya bacaan Hafsh, banyak ditemukan kata yang tertulis dalam rasm usmani pendek tetapi dibaca panjang, sementara dalam tulisan panjang ternyata harus dibaca pendek, di antaranya: أنا dibaca أن (pendek) ketika washal. Alasan dipendekkannya nun ketika washal pada semua kata أنا (dlamir yang berarti saya) karena fungsi alif tersebut hanya berfungsi menjelaskan harakat sebagaimana menambahkan ha’ ketika berhenti (هاء السكت ). Ketika ada kata benda yang hurufnya sedikit lalu diwaqafkan dengan sukun maka bunyinya akan janggal dan diberi tambahan alif itu agar bunyi nun tetap sebagaimana asalnya. Sedangkan tidak ditambahkannya alif ketika washal karena nun sudah berharakat. Ada juga lafazh yang mirip dengan أنا yaitu لكنا (QS. Al-Kahfi:38), yakni dibaca pendek ketika washal dan dibaca panjang ketika waqaf. Hal itu dikarenakan asal dari لكنا adalah لكن + أنا dan bukan لك أولئك، أولوا، الملاء Dalam rasm utsmani ada beberapa huruf yang tertulis tapi...